MEMIMPIN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

PENGANTAR

Manusia memiliki kecerdasan fisik, IQ (kecerdasan intelligence), EQ (kecer- dasan emosi) dan SQ (kecerdasan spiritual). Tulisan berikut, khusus membi-carakan EQ (kecerdasan emosional) dan SQ (kecerdasan spiritual),  dikaitkan dengan fungsi kepemimpinan seorang pemimpin negara atau  pemerintahan .

Indikasi kecerdasan EQ dan SQ dapat digunakan untuk memprediksi kemam- puan seseorang  pemimpin Negara/pemerintahan  dalam hal kecerdasan/ kemampuan  pengelolaan emosional dan  spiritual, terutama dalam melaksa- nakan kepemimpinan seperti: mengkoordinasikan, memotivasi, mendapat- kan simpati,  mententramkan, menenangkan dan menguasai situasi, mengge-rakkan, meyakinkan dan merealisasikan  kebijakan/program, serta menga-rahkan berbagai unsur dan fungsi manajemen pemerintahan, yang perlu di- laksanakan dengan tekad,  semangat, sikap, perilaku dan pendekatan yang efektif serta diterima oleh masyarakat yang dipimpinnya.

Disamping itu,  juga memberikan gambaran singkat mengenai seberapa besar kemampuan para pemimpin   mengeksplorasi  kecerdasan fisik, inteligensi, emosi dan spiritual itu dalam pelaksanaan tugas dan fungsi kepemimpin-annya.

PENGERTIAN

Sepantasnya seorang pemimpin pemerintahan atau negara memiliki ke- empat kecerdasan itu sekaligus, mengingat cakupan, aspek  dan dampak hasilnya cukup signifikan.

Keempat kecerdasan anugerah Yang Maha Esa  dimaksud, selain keberadaan- nya pada seseorang berbeda tingkatannya, namun semua orang memilikinya. Pada dasarnya kecerdasan tsb dapat dikembangkan dengan upaya pemaham- an, latihan maupun pengalaman, namun tingkat kualitas hasilnya berbeda- beda tergantung seberapa besar kecerdasan tsb dimiliki seseorang dan ting- kat upaya mengembangkannya.

Uraian singkat pengertian keempat kecerdasan dimaksud sbb:

Pertama, kecerdasan fisik, yang menyangkut metabolisme dan fisiologis. Tubuh kita sebenarnya telah memiliki perlengkapan untuk cerdas melindungi diri, misalnya ketika gula darah dalam tubuh kita naik, maka secara cerdas tubuh mengeluarkan insulin/penawarnya sehingga mampu menormalkan kembali.

Demikian pula apabila tenggorokan kita terserang flu, maka panas badan kita naik dan batuk-batuk, suatu upaya otomatis untuk menyehatkan kembali.  Demikian pula reaksi/tanggapan spontan tubuh  terhadap berbagai penya-kit/gangguan kesehatan baik dari dalam maupun luar, misalnya terhadap luka,  sakit maag, darah tinggi  dan lain-lain.

Kedua, kecerdasan intelektual, biasa dikenal dengan IQ (intelligence quatient. Inilah kecerdasan yang dihasilkan oleh otak kiri, berupa berfikir linear, matematik,  logis dan sistematis, yang tidak melibatkan perasaan/e- mosi (impersonal).

Keunggulan kecerdasan ini, biasanya berupa hasil pemikiran yang akurat, penuh pertimbangan logika, tepat, dan dapat dipercaya. Kecerdasan inilah yang kemudian menghasilkan berbagai kemajuan teknologi di berbagai bi- dang, seperti teknik konstruksi gedung, teknologi kedokteran, teknik informa- si (IT), permesinan, serta  berbagai peralatan kebutuhan manusia modern.

Ketiga, kecerdasan emosional (EQ), bekerja secara asosiatif, merupa- kan kemampuan mengelola emosi, dalam mengenali perasaan kita sendiri dan perasan orang lain, meliputi : (1) kemampuan memotivasi  diri sendiri dan (2) kemampuan mengelola emosi dengan baik diri sendiri dan perasaan orang lain (kemampuan berinteraksi sosial).

Kecerdasan emosi ini, penerapannya dilakukan melalui pengelolaan gejala tubuh antara lain kapan kita tersenyum, cemberut, terlihat gembira/susah,  suara lembut/keras dsb guna menanggapi situasi sekitar atau lingkungan de- ngan tujuan positip.

Penerapan  kecerdasan emosi, bagi seorang pemimpin hendaknya diaktualisasikan dalam :

  1. Kesadaran diri.  Pemimpin  harus memahami dengan benar apa yang dirasakan rakyat/karyawannya dimanapun dan kapanpun, kemudian menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sen- diri. Disamping itu,  Ia perlu  memiliki tolok ukur yang realistis atas ke- mampuan diri sendiri serta adanya  kepercayaan diri yang kuat;
  2. Pengaturan diri.  Ia mampu menangani atau mengelola emosinya sedemikian sehingga berdampak positip kepada pelaksanaan fungsi dan tugasnya, peka terhadap kata hati atau nurani, dan sanggup me- nunda kenikmatan/keuntungan yang menjadi haknya, sampai berhasil  tercapainya suatu sasaran, atau mampu pulih kembali dari tekanan emosi;
  3. Motivasi. Mampu menggunakan hasratnya yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun dirinya menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif  dan bertindak sangat efektif atas orang-orang lain,  serta mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi;
  4. Empati. Merasakan secara mendalam apa yang dirasakan oleh orang lain/rakyat, mampu memahami perspektif mereka, cerdas menumbuh- kan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai tingkat dan golongan masyarakat.
  5. Ketrampilan sosial. Mampu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Pemimpin dengan cermat mampu membaca situasi  dan jaringan sosial yang ada. Mampu berinteraksi dengan lancar, serta menggunakan ketrampilan sosial ini untuk mem- pengaruhi, mengkoordinasikan, dengan bijak menyelesaikan perseli-sihan, perundingan, serta bekerjasama dalam banyak hal.  Pemimpin harus memiliki kepintaran dalam menggali dan menggugah tanggapan yang dikehendaki orang lain, sehingga mampu menghasilkan toleransi dan kerjasama yang harmonis

Keempat, kecerdasan spiritual, adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi makna spiritual dan batiniah apa yang dihadapi/tan-tangan dalam kehidupan. Pemimpin yang memiliki kecerdasan ini mampu memiliki fleksibilitas dalam menghadapi berbagai persoalan/tantangan da- lam masyarakat. Disamping itu ia memiliki tekad, semangat, keyakinan  dan perilaku yang bersifat positip, luhur dan jujur.

Bagi seorang pemimpin negara misalnya, ia tidak boleh gampang kagetan atau gampang panik,   serta mampu menghadapinya dengan arif. Demikian pula hendaknya  bagi seorang ketua rumah tangga, pemimpin kantor, pemim- pin kelompok dsb, yang berbeda hanyalah  kualitas dan tingkat kearifan serta formatnya saja.

Kecerdasan spiritual (SQ) ini pada dasarnya  fungsinya adalah :

  1. Mengintegrasikan IQ dan EQ agar bisa berfungsi lebih efektif, dengan melengkapi unsur spiritual di dalamnya;
  2. Memberi peran intuisi untuk memperoleh nilai tambah dan makna hidup;
  3. Membangkitkan potensi otak kanan untuk kreativitas dan pemecahan masalah dengan arif.
  4. Memberi petunjuk kepada manusia untuk  menghadapi situasi tidak menentu atau mencekam, misalnya terancamnya jiwa diri/masyarakat akibat krisis keamanan, akibat perang/pemberontakan, ketakutan aki- bat kekacauan perpolitikan yang parah, tertekannya nurani akibat mu- sibah keluarga atau bencana alam yang cukup besar serta  kejadian-ke- jadian  yang mencekam lainnya.
  5. Membimbing  dan mendorong  perbuatan seseorang  kearah  hal-hal yang positif: arif,  ikhlas,  sabar, tawakal, jujur,   penuh cinta kasih  dan manusiawi, serta
  6. Membimbing dan mendorong menjauhi perbuatan atau hal-hal yang bersifat negatif seperti mencuri, korupsi, sombong, curang, menipu, kejam  dan sebagainya.

Ciri-ciri pemimpin berkecerdasan spiritual, antara lain:

  1. Fleksibel (luwes), baik dalam sikap maupun  cara berfikir, namun tegas dalam bertindak/pengam-bilan keputusan;
  2. Kemampuan refleksi (membayangkan, memancarkan cahaya/keba- ikan)  tinggi;
  3. Kesadaran terhadap diri dan lingkungan tinggi;
  4. Kemampuan berkontemplasi (memandang, menimbang, memikirkan)  tinggi;
  5. Berfikir secara holistik (mengkaitkan satu dengan lain hal secara utuh) sehingga didapatkan suatu keputusan yang tepat dan bijak;
  6. Berani menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, antara lain de- ngan tebalnya keyakinan atas adanya pertolongan dari Tuhan YME, sabar, ikhlas dan tetap  tegar
  7. Berani melawan arus atau tradisi, akibat  teguhnya  keyakinan yang dianutnya ;
  8. Memelihara dan mengelola alam semesta dengan baik, sebagai refleksi atas  kebaikan, keluhuran dan keyakiinan spiritualnya.
  9. Jauh dari sifat arogan/sombong, berfikir dan bertindak dengan sabar dan iklas.

PENERAPAN KECERDASAN SPIRITUAL

Pemimpin yang memiliki kecerdasan spiritual ini, mampu memperlakuan rakyat/karyawan yang dipimpinnya secara manusiawi, mereka tidak diha- langi memiliki hati/nurani atau pendapat/keyakinan yang berbeda. Ia me- nyadari, tak semua permasalahan dapat diselesaikan secara logis dan linear, ada kisi-kisi yang butuh kematangan psikologis  untuk menghasilkan kepu- tusan yang inspiratif bagi rakyat, karyawan atau keluarga, tergantung tingkat lingkup kekuasaannya.  Rakyat/karyawan dianggap sebagai representasi dari harapan  tumbuhnya kemajuan dimasa depan. Maka rakyat/karyawan harus dikelola secara manusiawi dengan cerdas;

Pemimpin yang memiliki kecerdasan emosi dan spiritual akan menghin- darkan rakyat/karyawan dari neurosis kolektif, atau menjadi masa bodoh, apatis terhadap sekitarnya, dimana keadaan ini biasanya bisa menimbulkan rasa pesimistis. Akibat lebih jauh adalah,  di kalangan akar rumput akan tim- bul sikap fatalistik terhadap hidup, yang menganggap masa depan adalah sia-sia.

Akibat lebih lanjut akan terjadi krisis kepercayaan diri kolektif, yaitu baru berani bertindak asalkan bersama kelompoknya. Yang paling menyedihkan, akan tumbuh fanatisme dangkal, terutama terhadap kelompoknya sendiri.

Seorang peneliti otak manusia asal Amerika Serikat, Tony Buzan, berpenda- pat, seseorang yang menguasai ilmu agama, belum tentu termasuk cerdas  secara spiritual.

Sebab harus dilihat, apakah seseorang itu memiliki sifat-sifat spiritual, seperti senantiasa taat ber-ibadah serta mengamalkan secara  tulus hati atas kebaik-an-kebaikan dan larangan ajaran-Nya, yang  antara lain secara umum diru- muskan sebagai seorang  yang disamping taat menjalankan ritual keagamaan, juga seseorang yang :  “sering berbuat baik dengan tulus, menolong tanpa pamrih, memiliki empati yang besar, memaafkan hingga ke hati, mampu memilih kebahagiaan, memiliki rasa humor yang baik, dan merasa memikul sebuah misi yang mulia (dari Allah Ta’alla)”.

Disarankan, sebaiknya sang pemimpin banyak merenungi bahwa manusia adalah hologram (cerminan) alam semesta. Ada keterkaitan antara mikro-kosmos dengan makrokosmos, terutama adanya hukum ketertarikan antara manusia dan alam (law of atraction). Manusia memiliki gen (benih sebagian sifat) Tuhan, yang sudah built up dalam dirinya, berupa spiritualitas.

Berbagai cara untuk meningkatkan kecerdasan spiritual  dan emosional, antara lain:

  1. Memahami substansi ajaran agama yang dianut dengan tekun bukan hanya melakukan syariat saja, atau hanya menguasai tarekat,  tetapi sebaiknya  hingga mencapai hakekat, bahkan sampai tingkat ma’rifat;
  2. Seringlah melakukan perenungan (kontemplasi) mengenal diri sendiri, kaitan hubungan dengan orang lain, serta memahami dari segi nurani dan spiritual peristiwa yang dihadapi. Hal ini untuk memahami makna atau nilai dari setiap  kejadian dalam kehidupan;
  3. Kenali tujuan hidup, tanggungjawab, dan kewajiban dalam hidup kita.  Jika segalanya mudah, lancar dan membahagiakan, bearti tujuan hidup cukup pantas. Sebaliknya, bila banyak rintangan dan kegagalan, berarti ada sesuatu kecerdasan yang belum terpenuhi, baik yang bersifat fisik, emosi maupun  spiritual.
  4. Tumbuhkan kepedulian, kasih sayang dan kedamaian.
  5. Peka-kan diri terhadap bisikan, inspirasi dan instuisi. Inilah proses channeling (penyaluran, hubungan) dengan Tuhan. Datangnya sering simbolik, terkadang tidak linear.
  6. Ambil hikmah dari segala perobahan (termasuk penderitaan) sebagai  jalan untuk peningkatan mutu kehidupan kita, karena  semua itu meru- pakan cobaan/ujian.
  7. Kembangkan Tim Kerja dan Kemitraan, yang saling asah, asih dan asuh.
  8. Belajar melayani  orang lain dan rendah hati.

MENCAPAI KEBENARAN SPIRITUAL DAN EMOSIONAL

Seseorang pemimpin negara, perusahaan atau rumah tangga, hendaknya me-  manfaatkan kecerdasan spiritual maupun emosional dengan cara sering berinteraksi dengan sekitar. Misalnya sering melakukan kegiatan sosial, sebab hendaknya diingat bahwa apabila kita lebih banyak memberi, maka kita akan lebih banyak menerima. Itulah hukum ketertarikan manusia dan alam. Setiap saat hendaknya carilah lahan untuk menanamkan kebajikan dan kebaikan, maka dalam jangka singkat atau lama, akan dapat menuai berkah berlipat ganda.

Selain itu rakyat/karyawan tidak dianggap lagi sebagai obyek, melainkan pihak yang sama-sama diajak menciptakan kesejahteraan, baik bagi rakyat/ karyawan sendiri maupun negara/perusahaan. Diantaranya dengan member-dayakan kemampuan masyarakat/ karyawan, dengan proses saling asah-asih- asuh antara yang dipimpin  dan  pemimpin. Hasilnya akan terbangun keju- juran kolektif, tercipta keterbukaan berbagai arah.

Dewasa ini keempat kecerdasan ini sangat penting dalam menghadapi arus globalisasi, memecahkan kesulitan  ekonomi dan berbagai permasalahan kesejahteraan masyarakat, sehingga dibutuhkan tumbuhnya kreativitas un- tuk mengatasinya.

Kecerdasan spiritual ini keterkaitannya dengan agama antara lain pada ting- kat pencapaian  tatarannya, misalnya ada orang yang hanya melakukan sya- riat saja, atau hanya menguasai tarekat, atau hingga mencapai hakekat, bahkan mampu sampai tingkat ma’rifat. Sesudah sampai pada tingkat ma’ri- fat inilah baru bisa dikatakan seseorang memiliki kecerdasan spiritual yang memadai.

Referensi :

Disarikan dan dikembangkan dari :

  1. Tulisan Dharnoto, Jakarta,  “Memimpin Dengan Kecerdasan Spiritual”, Majalah Intisari,  Agustus 2009, hlm 95-101;
  2. Working with Emotional Intelligence, “Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi”, Daniel Goleman,  Alih Bahasa Alex Tri Koentjoro Widodo,  PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003;
  3. Mind Power,  “Sukses Dalam Bisnis Dengan Memberdayakan Mental Imaging”, Picture Your Way to Success in Business, Gini Graham Scott, Ph.D, Alih Bahasa  Bern Hidayat, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1998;
  4. Kreativitas dan Strategi,  Triguna Priyadharma, PT Golden Trayon Press, Jakarta, 2001

MEMIMPIN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

PENGANTAR

Manusia memiliki kecerdasan fisik, IQ (kecerdasan intelligence),  EQ (kecer- dasan emosi) dan SQ (kecerdasan spiritual). Tulisan berikut, khusus membi- carakan EQ (kecerdasan emosional) dan SQ (kecerdasan spiritual),  dikaitkan dengan fungsi kepemimpinan seorang pemimpin negara atau  kepemerin- tahan .

Indikasi kecerdasan EQ dan SQ dapat digunakan untuk memprediksi kemam-  puan seseorang  pemimpin Negara/kepemerintahan  dalam hal kecerdasan/ kemampuan  pengelolaan emosional dan  spiritual, terutama dalam melaksa-  nakan kepemimpinan seperti: mengkoordinasikan, memotivasi, mendapat- kan simpati,  mententramkan, menenangkan dan menguasai situasi, mengge-rakkan, meyakinkan dan merealisasikan  kebijakan/program, serta menga-rahkan berbagai unsur dan fungsi manajemen pemerintahan, yang perlu di- laksanakan dengan tekad,  semangat, sikap, perilaku dan pendekatan yang efektif serta diterima oleh masyarakat yang dipimpinnya.  Disamping itu,  juga memberikan gambaran singkat mengenai seberapa besar kemampuan para pemimpin   mengeksplorasi  kecerdasan fisik, inteligensi, emosi dan spiritual itu dalam pelaksanaan tugas dan fungsi kepemimpinannya.

PENGERTIAN

Sepantasnya seorang pemimpin pemerintahan atau negara memiliki keempat kecerdasan itu sekaligus, mengingat cakupan, aspek  dan dampak hasilnya cukup signifikan. Keempat kecerdasan anugerah Yang Maha Esa  dimaksud, selain keberadaannya pada seseorang berbeda tingkatannya, namun semua orang memilikinya. Pada dasarnya kecerdasan tsb dapat dikembangkan de- ngan upaya pemahaman, latihan maupun pengalaman, namun tingkat kuali- tas hasilnya berbeda-beda tergantung seberapa besar kecerdasan tsb dimiliki seseorang dan tingkat upaya mengembangkannya. Uraian singkat pengertian keempat kecerdasan dimaksud sbb:

Pertama, kecerdasan fisik, yang menyangkut metabolisme dan fisiologis. Tubuh kita sebenarnya telah memiliki perlengkapan untuk cerdas melindungi diri, misalnya ketika gula darah dalam tubuh kita naik, maka secara cerdas tubuh mengeluarkan insulin/penawarnya sehingga mampu menormalkan kembali. Demikian pula apabila tenggorokan kita terserang flue, maka panas badan kita naik dan batuk-batuk, suatu upaya otomatis untuk menyehatkan kembali.  Demikian pula reaksi/tanggapan spontan tubuh  terhadap berbagai penyakit/gangguan kesehatan baik dari dalam maupun luar, misalnya terha- dap luka,  sakit maag, darah tinggi  dan lain-lain.

Kedua, kecerdasan intelektual, biasa dikenal dengan IQ (intelligence quation). Inilah kecerdasan yang dihasilkan oleh otak kiri, berupa berfikir linear, matematik,  logis dan sistematis, yang tidak melibatkan perasaan/ emosi (impersonal). Keunggulan kecerdasan ini, biasanya berupa hasil pemi-  kiran yang akurat, penuh pertimbangan logika, tepat, dan dapat dipercaya. Kecerdasan inilah yang kemudian menghasilkan berbagai kemajuan teknologi di berbagai bidang, seperti teknik konstruksi gedung, teknologi kedokteran, teknik informasi (IT), permesinan, serta  berbagai peralatan kebutuhan ma- nusia modern.

Ketiga, kecerdasan emosional (EQ), bekerja secara asosiatif, merupa- kan kemampuan mengelola emosi, dalam mengenali perasaan kita sendiri dan perasan orang lain, meliputi (1) kemampuan memotivasi  diri sendiri dan (2) kemampuan mengelola emosi dengan baik diri sendiri dan perasaan orang lain (kemampuan berinteraksi sosial).

Kecerdasan emosi ini, penerapannya dilakukan melalui pengelolaan gejala tubuh antara lain kapan kita tersenyum, cemberut, terlihat gembira/susah,  suara lembut/keras dsb guna menanggapi situasi sekitar atau lingkungan dengan tujuan positip.

Penerapan  kecerdasan emosi, bagi seorang pemimpin hendaknya diaktualisasikan dalam :

  1. Kesadaran diri.  Pemimpin  harus memahami dengan benar apa yang dirasakan rakyat/karyawannya dimanapun dan kapanpun, kemudian menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendi- ri. Disamping itu,  Ia perlu  memiliki tolok ukur yang realistis atas ke- mampuan diri sendiri serta adanya  kepercayaan diri yang kuat;
  2. Pengaturan diri.  Ia mampu menangani atau mengelola emosinya sedemikian sehingga berdampak positip kepada pelaksanaan fungsi dan tugasnya, peka terhadap kata hati atau nurani, dan sanggup me- nunda kenikmatan/keuntungan yang menjadi haknya, sampai berhasil  tercapainya suatu sasaran, atau mampu pulih kembali dari tekanan emosi;
  3. Motivasi. Mampu menggunakan hasratnya yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun dirinya menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif  dan bertindak sangat efektif atas orang-orang lain,  serta mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi;
  4. Empati. Merasakan secara mendalam apa yang dirasakan oleh orang lain/rakyat, mampu memahami perspektif mereka, cerdas menumbuh- kan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai tingkat dan golongan masyarakat.
  5. Ketrampilan sosial. Mampu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Pemimpin dengan cermat mampu membaca situasi  dan jaringan sosial yang ada. Mampu berinteraksi dengan lancar, serta menggunakan ketrampilan sosial ini untuk mem- pengaruhi, mengkoordinasikan, dengan bijak menyelesaikan perseli-sihan, perundingan, serta bekerjasama dalam banyak hal.  Pemimpin harus memiliki kepintaran dalam menggali dan menggugah tanggapan yang dikehendaki orang lain, sehingga mampu menghasilkan toleransi dan kerjasama yang harmonis

Keempat, kecerdasan spiritual, adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi makna spiritual dan batiniah apa yang dihadapi/tan-tangan dalam kehidupan. Pemimpin yang memiliki kecerdasan ini mampu memiliki fleksibilitas dalam menghadapi berbagai persoalan/tantangan da- lam masyarakat. Disamping itu ia memiliki tekad, semangat, keyakinan  dan perilaku yang bersifat positip, luhur dan jujur.

Bagi seorang pemimpin negara misalnya, ia tidak boleh gampang kagetan atau gampang panik,   serta mampu menghadapinya dengan arif. Demikian pula hendaknya  bagi seorang ketua rumah tangga, pemimpin kantor, pemim- pin kelompok dsb, yang berbeda hanyalah  kualitas dan tingkat kearifan serta formatnya saja.

Kecerdasan spiritual (SQ) ini pada dasarnya  fungsinya adalah :

  1. Mengintegrasikan IQ dan EQ agar bisa berfungsi lebih efektif, dengan melengkapi unsur spiritual di dalamnya;
  2. Memberi peran intuisi untuk memperoleh nilai tambah dan makna hidup;
  3. Membangkitkan potensi otak kanan untuk kreativitas dan pemecahan masalah dengan arif.
  4. Memberi petunjuk kepada manusia untuk  menghadapi situasi tidak menentu atau mencekam, misalnya terancamnya jiwa diri/masyarakat akibat krisis keamanan, akibat perang/pemberontakan, ketakutan akibat kekacauan perpolitikan yang parah, tertekannya nurani akibat musibah keluarga atau bencana alam yang cukup besar serta  kejadian-kejadian  yang mencekam lainnya.
  5. Membimbing  dan mendorong  perbuatan seseorang  kearah  hal-hal yang positif: arif,  ikhlas,  sabar, tawakal, jujur,   penuh cinta kasih  dan manusiawi, serta
  6. Membimbing dan mendorong menjauhi perbuatan atau hal-hal yang bersifat negatif seperti mencuri, korupsi, sombong, curang, menipu, kejam  dan sebagainya.

Ciri-ciri pemimpin berkecerdasan spiritual, antara lain:

  1. Fleksibel (luwes), baik dalam sikap maupun  cara berfikir, namun tegas dalam bertindak/pengam-bilan keputusan;
  2. Kemampuan refleksi (membayangkan, memancarkan cahaya/kebaik- an)  tinggi;
  3. Kesadaran terhadap diri dan lingkungan tinggi;
  4. Kemampuan berkontemplasi (memandang, menimbang, memikirkan)  tinggi;
  5. Berfikir secara holistik (mengkaitkan satu dengan lain hal secara utuh) sehingga didapatkan suatu keputusan yang tepat dan bijak;
  6. Berani menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, antara lain de- ngan tebalnya keyakinan atas adanya pertolongan dari Tuhan YME, sabar, ikhlas dan tetap  tegar
  7. Berani melawan arus atau tradisi, akibat  teguhnya  keyakinan yang dianutnya ;
  8. Memelihara dan mengelola alam semesta dengan baik, sebagai refleksi atas  kebaikan, keluhuran dan keyakinan spiritualnya.
  9. Jauh dari sifat arogan/sombong, berfikir dan bertindak dengan sabar, sederhana  dan iklas.

PENERAPAN KECERDASAN SPIRITUAL

Pemimpin yang memiliki kecerdasan spiritual ini, mampu memperlakuan rakyat/karyawan yang dipimpinnya secara manusiawi, mereka tidak diha- langi memiliki hati/nurani atau pendapat/keyakinan yang berbeda.      Ia me-  nyadari, tak semua permasalahan dapat diselesaikan secara logis dan linear, ada kisi-kisi yang butuh kematangan psikologis  untuk menghasilkan kepu- tusan yang inspiratif bagi rakyat, karyawan atau keluarga, tergantung tingkat lingkup kekuasaannya.  Rakyat/karyawan dianggap sebagai representasi dari harapan  tumbuhnya kemajuan dimasa depan. Maka rakyat/karyawan harus dikelola secara manusiawi dengan cerdas;

Pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional dan spiritual akan menghin-darkan rakyat/karyawan dari neurosis kolektif, atau menjadi masa bodoh, apatis terhadap sekitarnya, dimana keadaan ini biasanya bisa menimbulkan rasa pesimistis. Akibat lebih jauh adalah,  di kalangan akar rumput akan tim- bul sikap fatalistik terhadap hidup, yang menganggap masa depan adalah sia-sia.

Akibat lebih lanjut akan terjadi krisis kepercayaan diri kolektif, yaitu baru berani bertindak asalkan bersama kelompoknya. Yang paling menyedihkan, akan tumbuh fanatisme dangkal, terutama terhadap kelompoknya sendiri.

Seorang peneliti otak manusia asal Amerika Serikat, Tony Buzan, berpenda- pat, seseorang yang menguasai ilmu agama, belum tentu termasuk cerdas  se- cara spiritual. Sebab harus dilihat, apakah seseorang itu memiliki sifat-sifat spiritual, seperti senantiasa taat ber-ibadah serta mengamalkan secara  tulus hati atas kebaikan-kebaikan dan larangan ajaran-Nya, yang  antara lain secara umum dirumuskan sebagai seorang  yang disamping taat menjalankan ritual keagamaan, juga seseorang yang :  “sering berbuat baik dengan tulus, meno- blong tanpa pamrih, memiliki empati yang besar, memaafkan hingga ke hati, mampu memilih kebahagiaan, memiliki rasa humor yang baik, dan merasa memikul sebuah misi yang mulia (dari Allah Ta’alla)”.

Sumarsono menyarankan, sebaiknya sang pemimpin banyak merenungi bah- wa manusia adalah hologram (cerminan) alam semesta. Ada keterkaitan anta- ra mikrokosmos dengan makrokosmos, terutama adanya hukum ketertarikan antara manusia dan alam (law of atraction). Manusia memiliki gen (benih se- bagian sifat) Tuhan, yang sudah built up dalam dirinya, berupa spiritualitas.

Berbagai cara untuk meningkatkan kecerdasan spiritual  dan emosional, antara lain:

  1. Memahami substansi ajaran agama yang dianut dengan tekun bukan hanya melakukan syariat saja, atau hanya menguasai tarekat,  tetapi sebaiknya  hingga mencapai hakekat, bahkan sampai tingkat ma’rifat
  2. Seringlah melakukan perenungan (kontemplasi) mengenal diri sendiri, kaitan hubungan dengan orang lain, serta memahami dari segi nurani dan spiritual peristiwa yang dihadapi. Hal ini untuk memahami makna atau nilai dari setiap  kejadian dalam kehidupan;
  3. Kenali tujuan hidup, tanggungjawab, dan kewajiban dalam hidup kita.  Jika segalanya mudah, lancar dan membahagiakan, bearti tujuan hidup cukup pantas. Sebaliknya, bila banyak rintangan dan kegagalan, berarti ada sesuatu kecerdasan yang belum terpenuhi, baik yang bersifat fisik, emosi maupun  spiritual.
  4. Tumbuhkan kepedulian, kasih sayang dan kedamaian.
  5. Peka-kan diri terhadap bisikan, inspirasi dan instuisi. Inilah proses channeling (penyaluran, hubungan) dengan Tuhan. Datangnya sering simbolik, terkadang tidak linear.
  6. Ambil hikmah dari segala perobahan (termasuk penderitaan) sebagai  jalan untuk peningkatan mutu kehidupan kita, karena  semua itu merupakan cobaan/ujian.
  7. Kembangkan Tim Kerja dan Kemitraan, yang saling asah, asih dan asuh.
  8. Belajar melayani  orang lain dan rendah hati.

MENCAPAI KEBENARAN SPIRITUAL DAN EMOSIONAL

Seseorang pemimpin negara, perusahaan atau rumah tangga, hendaknya me- manfaatkan kecerdasan spiritual maupun emosional dengan cara sering berinteraksi dengan sekitar. Misalnya sering melakukan kegiatan sosial, sebab hendaknya diingat bahwa apabila kita lebih banyak memberi, maka kita akan lebih banyak menerima. Itulah hukum ketertarikan manusia dan alam. Setiap saat hendaknya carilah lahan untuk menanamkan kebajikan dan keba- ikan, maka dalam jangka singkat atau lama, akan dapat menuai berkah berli- pat ganda.

Selain itu rakyat/karyawan tidak dianggap lagi sebagai obyek, melainkan pihak yang sama-sama diajak menciptakan kesejahteraan, baik bagi rakyat/ karyawan sendiri maupun negara/perusahaan. Diantaranya dengan member-dayakan kemampuan masyarakat/ karyawan, dengan proses saling asah-asih- asuh antara yang dipimpin  dan  pemimpin. Hasilnya akan terbangun keju- juran kolektif, tercipta keterbukaan berbagai arah.

Dewasa ini keempat kecerdasan  ini sangat penting  dalam menghadapi arus globalisasi, memecahkan kesulitan  ekonomi dan berbagai permasalahan ke- sejahteraan masyarakat, sehingga dibutuhkan tumbuhnya kreativitas untuk mengatasinya. Kecerdasan spiritual ini keterkaitannya dengan agama antara lain pada tingkat pencapaian  tatarannya, misalnya ada orang yang hanya melakukan syariat saja, atau hanya menguasai tarekat, atau hingga menca- pai hakekat, bahkan mampu sampai tingkat ma’rifat. Sesudah sampai pada tingkat ma’rifat inilah baru bisa dikatakan seseorang memiliki kecerdasan spiritual yang memadai.

Referensi :

Disarikan dan dikembangkan dari :

  1. Tulisan Dharnoto, Jakarta,  “Memimpin Dengan Kecerdasan Spiritual”, Majalah Intisari,  Agustus 2009, hlm 95-101;
  2. Working with Emotional Intelligence, “Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi”, Daniel Goleman,  Alih Bahasa Alex Tri Koentjoro Widodo,  PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003;
  3. Mind Power,  “Sukses Dalam Bisnis Dengan Memberdayakan Mental Imaging”, Picture Your Way to Success in Business, Gini Graham Scott, Ph.D, Alih Bahasa  Bern Hidayat, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1998;
  4. Kreativitas dan Strategi,  Triguna Priyadharma, PT Golden Trayon Press, Jakarta, 2001
  5. Jakarta, 9 Oktober 2009, oleh Ahmad S.

MEMBINA PRIBADI MENJADI DINAMIS DAN KREATIF

PENGANTAR

Sukses dan kebahagiaan bagi seseorang berbeda-beda ujudnya, akibat perbedaan  latar belakang pendidikan, pengalaman, lingkungan hidup dan tingkat sosial ekonomi dll. Namun umumnya setiap orang, akan berbahagia apabila cita-citanya terwujud. Sukses bagi seseorang  mungkin berupa kekayaan, pangkat, jabatan, kedudukan, tingkat pendidikan, ketenteraman hidup, pengembangan diri, lingkungan sosial yang nyaman, atau  keluarga sakinah, barokah dan mawadah, dapat berujud kepuasan material/non material atau keduanya pada tingkat tertentu.

Sukses tidak mungkin akan terwujud tanpa suatu usaha, berperilaku pasif” atau  bersikap  hanya “menunggu”.  Anda harus “aktif” mencapainya dengan segala kemampuan  pikiran dan hati  (IQ, EQ dan SQ)  yang pada dasarnya memiliki  berpotensi tak terhingga besarnya. Potensi diri Anda  yang melimpah ruah atas  anugerah Allah SWT tersebut, umumnya belum dimanfaatkan secara maksimal.

Langkah utama adalah  bagaimana mengubah diri Anda menjadi pribadi yang lebih kreatif dan dinamis, dimulai sekarang juga, jangan menunggu !.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya orang baru memanfaatkan potensi dirinya (IQ, EQ, SQ, AQ) baru sekitar 10% – 15% saja. Jadi saldo potensi diri Anda yang belum dimanfaatkan  masih sekitar 90% – 85%. Siapapun yang rajin, aktif dan serius menggunakan pikiran/akalnya secara maksimal, akan mampu mencapai sukses lebih cepat, bahkan  selagi muda. Bukankah banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menganjurkan manusia agar rajin berfikir ? Sudahkan anjuran Allah tersebut kita laksanakan ??

MENUMBUHKAN PRIBADI YANG KREATIF  DAN DINAMIS

Pribadi yang kreatif dan dinamis, dapat dibentuk dengan 2 cara sederhana, yakni  :

  1. Membiasakan diri menggunakan waktu secara lebih bermanfaat (efektif dan efisien)
  2. Menggugah   bakat, kemampuan  atau potensi kepribadian Anda secara maksimal.

Penerapannya dapat dilakukan  antara lain sbb. :

  1. Menghimpun potensi pikiran bersama pengalaman Anda untuk menumbuhkan suatu gagasan.
  2. Memanfaatkan saldo potensi diri berupa bakat/nalar/otak yang saldo potensinya masih sekitar 85% – 90% itu , dengan aktif,  kreatif dan dinamis, diarahkan (difokuskan) untuk mencapai sasaran gagasan Anda.
  3. Menggunakan waktu Anda selama 24 jam penuh, untuk kepentingan yang menguntung-kan/bermanfaat.
  4. Menciptakan gagasan baru, yangmampu menghasilkan manfaat atau serta  membangkitkan gaerah hidup baru. Gagasan baru dimaksud sebagai hasilevaluasi   atas cara berfikir dan bertindak sebelumnya.
  5. Mengolah gagasan baru itu dengan memanfaatkan segala sumber daya, kegemaran dan pengalaman  Anda,  untuk  mendapatkan manfaat/keuntungan yang lebih besar.
  6. Dengan membangun pribadi yang kreatif dan dinamis, arahkan segala kegiatan menuju pecapaian tujuan/sasaran sukses yang dipilih. Usahakan senantiasa membangkitkan gaerah hidup, kepercayaan diri, daya cipta dan kegembiraan.
  7. Bentuklah kepribadian Anda yang kreatif dan dinamis tsb untuk dipraktekan meliputi   lingkungan sosial dan lingkungan kerja seperti  atasan, rekan kerja, bawahan, sahabat, tetangga, sanak famili dsb
  8. Peliharalah kepribadian kreatif dan dinamis Anda dengan membiasakan diri atau sering mempraktekannya dalam kehidupan, dengan memanfaatkan setiap kesempatan/peluang sebaik-baiknya  untuk meningkatkan kualitas kepribadian Anda.

MENGHIDUPKAN MESIN BERFIKIR DAN GAGASAN

Cara menghidupkan mesin berfikir dinamis dan menumbuhkan gagasan, usahanya harus Anda  lakukan sendiri. Sebab Andalah yang paling tahu tentang potensi diri dan bakat diri  sendiri.

Berikut disajikan beberapa contoh sasaran-2 sukses yang mungkin Anda rencanakan/pilih.

Tugas Anda adalah :

Meneliti dan mengidentifikasi sasaran-2 tersebut dalam daftar terlampir, mana yang menurut Anda termasuk Sasaran yang  mutlak kukehendaki (pilihan no. 1), atau yang hanya sebagai minat yang Anda  tuju (pilihan no. 2), atau  Sasaran yang bukan/tidak cocok  bagi Anda (pilihan no.3). Kemudian berilah tanda contreng (V) pada kolom yg tersedia sesuai dengan pilihan Anda.

  1. Setelah Anda memilih, buatlah rencana tindakan (action plan) terbaik untuk mencapai sasaran sukses tersebut, diskusikan dengan teman dekat, istri/suami,  famili dekat, atau tanyakan kepada yang ahli.
  2. Untuk membuat rencana tindakan tersebut, terlebih dahulu identifikasi hal-hal terkait dengan sasaran tsb dan pencapaiannya, utamanya mengenai : (a) apakah ujud, sifat dan bobot sasaran tsb, (b) kemampuan/potensi diri Anda untuk sarana pencapaiannya,  (c) pokok permasalahan, (d) hambatan dan peluangnya,(e) manfaat dan kerugiannya, (f) pendekatan/ metoda atau cara mencapainya, serta (g) kapan dilaksanakan atau jadwal waktunya. Ingatlah akan perta- nyaan berikut : 5W + 1 H (What, Why, Who/Whom, Where, When dan How).

No

Sasaran gagasan untuk dipilih oleh masing-2 Individu dan cara mencapainya agar didiskusikan dgn teman/keluarga dekat

V

V

V

Teliti dan tetapkan/pilih tingkat manfaatnya bagi kepentingan Anda

( 1)

(2)

(3)

1

2.

3.

4.

5.

aya ingin lebih cepat maju dalam  pekerjaan/karir/usaha saya

Saya ingin pindah  pekerjaan/usaha  agar dapat penghasilan  lebih baik

Saya ingin menjadi orangtua  yang berhasil mendidik anak-anak saya menjadi anak/orang yang berpendidikan cukup dan  berakhlak baik.

Saya ingin memiliki banyak teman bergaul agar hidup saya lebih terasa gembira, bergairah dan bermakna

Saya ingin menyelesaikan studi  saya tepat pada waktunya

6.

7.

8.

9.

10.

Saya tidak  senang menganggur dan ingin cepat dapatkan pekerjaan.? (Perbanyak pergaulan/silaturahmi)

Saya ingin memajukan Perkumpulan/Paguyuban  yang ada sekarang  menjadi lebih besar dan lebih bermanfaat bagi diri pribadi dan masyarakat.

Saya ingin hidup lebih mandiri, tidak banyak tergantung pada orang lain.

Saya ingin lebih menarik perhatian pihak lawan jenis agar segera menda-pat pasangan hidup yang sesuai dengan harapan saya, mengingat usia saya sudah cukup.

Catatan :

Anda sendiri dapat mengembangkan pernyataan-2 di atas, dan mencari jawab-annya sesuai dengan keadaan atau permasalahan pribadi masing-masing

SIFAT-SIFAT PRIBADI YANG DINAMIS

Cobalah perhatikan sekeliling Anda, tempat bekerja, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan organisasi dan masyarakat, maka akan Anda temukan orang-2 yang memiliki ciri-ciri/sifat-sifat sangat antusias dan kreatif serta serba bergairah. Mereka umumnya rajin berbuat dengan gembira untuk kepentingan orang lain dan termasuk pribadi yang dinamis  yang  bergembira dalam mengarungi hidupnya.

Ciri-ciri atau sifat-sifat pribadi yang dinamis, antara lain :

  1. Mereka subur dengan ide-ide dan karya-karya, serta  memiliki gaerah hidup, banyak teman dan lihay dalam memupuk bakatnya sendiri. Mereka bukan orang yang pasif, bersikap menunggu nasib atau pemalas, tetapi sebaliknya sangat aktif/rajin dalam mengejar cita-citanya.
  2. Mereka  selalu ingin tahu. Mereka selalu berupanya menanggapi permasalahan tentang sesuatu yg dijumpai dengan pertanyaan: 5 W + 1 H ( what, where, when, why, who + how).
  3. Pribadi yang tidak bisa tinggal diam. Mereka selalu giat, aktif, bergaerah, efektif dalam penggunaan waktu dan sarana kerja.
  4. Mereka biasa melakukan pendekatan yang polos dan sederhana (praktis).  Mereka bersedia menangani sendiri, merasakan, memikirkan dan menanggulangi permasalahan sendiri atas konsekuensi gagasan barunya.
  5. Pribadi yang bersifat independen. Mereka tidak suka terlalu  terikat pada sesuatu keten-tuan yang sama secara terus menerus. Mereka senang bersama orang banyak, dan orang banyak senang padanya. Mereka menghormati pikiran/gagasan orang lain, tetapi tidak suka sangat tergantung pada orang lain. Mereka bukan seorang pengritik.
  6. Mereka percaya penuh dengan kemampuan dirinya sendiri dalam memecahkan persoalan  Namun bersedia bekerjasama dengan pihak lain secara proporsional dan wajar.
  7. Pri badi yang harus memiliki daya cipta  yang kuat serta selalu ingin merencanakan sesuatu hal/perobahan baru.
  8. Pribadi yang memiliki semangat pengabdian yang besar. Mereka menekuni pekerjaannya dengan sungguh-sungguh, mencintai kehidupan dan lingkungannya.
  9. Pribadi  yang dinamis langsung memantapkan pelaksanaan tujuan, nilai-nilai dan gagasan secepat mungkin. Mereka bersifat sungguh-sungguh  dalam segala hal, terutama yang menyangkut masalah keluarga, sahabat, tetangga, dan lingkungan dekat.
  10. M ereka  mendahulukan hal-hal yang penting. Mereka sangat menghargai waktu.
  11. Pribadi yang bersifat tahan uji/bantingan. Mereka tidak mudah menyerah dalam mencapai sasaran/tujuan/cita-cita. Mereka memiliki daya juang yang tinggi.
  12. Pribadi yang banyak menaruh minat dan mempunyai daya tarik minat terhadap orang lain. Mereka senang berteman dan banyak disenangi dalam pergaulan serta mampu  mem-pengaruhi orang lain. Mereka disukai dalam lingkungan pekerjaan, baik dalam keadaan kerja sendiri atau dalam suatu tim, karena mereka sadar benar tentang tujuan dan makna peker-jaan tersebut.

KESIMPULAN

Ujilah Sendiri Pribadi Anda

Telitilah diri Anda sendiri, apakah sudah/mudah menjadi seorang pribadi yang dinamis atau belum. Sampai dimanakah tahap yang telah Anda capai/terapkan dalam sikap dan perbuatan ? Sifat-sifat pribadi yang kreatif dan dinamis itu pada dasarnya adalah :

Kaya akan daya cipta, tidak mau tinggal diam, serba sederhana dalam memandang  segala sesuatu, tidak menggantungkan diri pada orang lain, menaruh kepercayaan terhadap  diri sendiri, memiliki daya khayal yang kuat, suka menemukan sesuatu yang baru, pengabdian diri yang besar, menga-rahkan perhatian penuh pada sasaran yang dituju, kemampuan mendahulukan hal-hal yang penting, dan menaruh minat/perhatian kepada kepentingan orang lain.

Keterangan:

  • Ditulis di Jakarta, 8 Agustus 2009, disarikan dan dikembangkan dari buku “Membina Pribadi Dinamis dan Kreatif, karangan Carl G Goeller dan William O. Uraneck”, penerbit Gunung Jati 1980.

  • Disajikan dan didiskusikan dalam pertemuan Pengajian Remaja Moshula SD Kompleks POMAD Kalibata, Jakarta Selatan pada tanggal 15 Agustus 2009.

eyang2Oleh Ahmad Soenaryo

PENGANTAR

Mengambil manfaat atas keberhasilan upaya pembangunan di negara-negara tetangga di Asia, seperti Jepang, Korea, Taiwan dan China (RRT), dapat dipahami bahwa keberhasilan tersebut merupakan bagian akses dukungan  dari hasil tekad, semangat,  sikap dan perilaku raknyatnya yang memiliki SDM (human investment)  unggul (handal)  seperti  rajin berkerja atau pekerja keras,  tekun,  berdisiplin, menghargai kerja, jujur, sportif, bertanggungjawab, mandiri, kreatif  serta  menghormati para seniornya. Baca entri selengkapnya »

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!